Angkie Yudistia atau lebih mesra disapa Mbak Angkie merupakan seorang kurang upaya. Dia mengalami masalah tunarungu (cacat pendengaran).

Kekurangan ini, bagaimanapun, tidak menghalang dia untuk mendirikan keluarga, menubuhkan sebuah ‘social enterprise’ untuk membantu penyandang disabilitas (individu kurang upaya) dan menamatkan pengajian Sarjana di London School of Public Relations, Jakarta.

Perniagaannya, Thisable Enterprise yang diasaskan sejak 2011 menawarkan pelbagai jenis latihan untuk lebih 7,000 penyandang disabilitas dengan kerjasama Go-Jek dan rakan perusahan lain di Indonesia.

Permulaannya bukan mudah namun, niatnya murni. Untuk membantu meningkatkan daya ekonomi penyandang disabilitas.


“Awalnya memang dari pengalaman peribadi. Susahnya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang disabilitas,” kata Angkie yang juga Ketua Pegawai Eksekutif Thisable Enterprise ketika diwawancara di Jakarta untuk Rantau Produktif.

Dalam wawancara itu, Angkie yang mengenakan alat pendengaran di kedua telinga telah menanggalkan peralatan itu dan menunjukkan kepada krew Rantau Produktif.

Tambah Angkie: “Persepsi masyarakat untuk menerima pekerjaan itu jauh lebih susah. Jadi walaupun saya sempat bekerja di perusahan-perusahan swasta, tapi banyak sekali gap antara people with disability dan non-disability secara awareness nya.”

Mbak Angkie Yudistia bersama Rizal Zulkapli di kantor Kompas di Jakarta membincangkan tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas di Indonesia- Foto Rizal Zulkapli

Menurutnya, persepsi umum kepada golongan kurang upaya berbeza di Jakarta dan daerah-daerah lain di Indonesia.

“Lingkungan di daerah melihat disability itu sesuatu yang aneh. Kerana merasa mungkin kasihan, ‘apakah mereka perlu dibantu?’ padahal kita sebagai disabilitas, kita hanya perlu sejajar. Equal, bukan donation,” ujar Mbak Angkie berkongsi pendapat.

Ketika ini terdapat antara enam hingga 30 juta warga kurang upaya di Indonesia. Angka itu, bagaimanapun, tergantung pada laporan dan cara mendefisinikan disabilitas.

Laporan Survei Angkatan Kerja Nasional pada 2016 menyatakan 12.15 peratus daripada populasi atau 23 juta warga Indonesia merupakan penyandang disabilitas.

Untuk lebih proaktif, pada 2016, kerajaan Indonesia memperkenalkan Undang-undang tentang Penyandang Disabilitas pada 2016, (Akta Penyandang Disabilitas 2016/ People with Disabilities Act in 2016) yang mengalihkan pendekatan daripada berasaskan derma kepada berasaskan pengupayaan dan pemberdayaan.

BACA: [TN50] Rizal's ASEAN: Moving Mountains
BACA: Rantau Produktif [EP4]: Wangsa Jelita ingin wanita Indonesia berjaya
BACA: Rantau Produktif [EP2]: Evolusi fesyen muslimah di Indonesia wujudkan HIJUP.com

Mbak Angkie Yudistia diwawancara untuk program Rantau Produktif di Astro AWANI bersama dengan wirausaha muda lain di Indonesia untuk berkongsi aspirasi dan impian mereka dan bagaimana ini membantu anak muda lain di negara terbesar di ASEAN itu.

Episod Rantau Produktif bersama Angkie Yudistia akan disiarkan di Astro AWANI, Ahad, 6 Januari 2019.