DUNIA

Gelombang rusuhan Indonesia: Mampukah api kemarahan rakyat dipadamkan?

Fauzi Zin 02/09/2025 | 03:00 MYT
Selepas demonstrasi besar-besaran, Presiden Prabowo Subianto tampil dengan pengumuman mengejutkan – memansuhkan elaun anggota Dewan Perwakilan Rakyat membekukan lawatan kerja luar negara, serta menggugurkan beberapa anggota DPR.
JAKARTA: Selepas demonstrasi besar-besaran melanda Jakarta dan beberapa kota utama, Presiden Indonesia Prabowo Subianto tampil dengan pengumuman mengejutkan – memansuhkan elaun anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), membekukan lawatan kerja luar negara serta menggugurkan beberapa anggota DPR yang dikaitkan dengan kontroversi.

Namun, adakah langkah itu mencukupi untuk meredakan kemarahan rakyat?

Wartawan Astro AWANI, Fauzi Zin, mendapatkan pandangan tiga narasumber daripada latar berbeza.

Apa sebenarnya yang membuat rakyat Indonesia begitu marah?

Rivaldi Haryo Seno, Wakil Presiden Parti Buruh:

“Dari perspektif kaum buruh, hingga hari ini kami belum melihat keseriusan pemerintah menyelesaikan masalah struktural. Kemarahan rakyat adalah akumulasi dari janji yang tidak ditepati.

Ada beberapa isu pokok:

* Outsourcing dan upah murah – masih berlaku walaupun Presiden berjanji menghapusnya.

* Rang Undang-Undang (RUU) Perampasan Aset – tidak disentuh, sedangkan rasuah merajalela.

* Wealth Tax – jurang sosial makin tajam, kekayaan hanya terkumpul di tangan segelintir elit.

* Sumber Daya Alam – penguasaan negara belum sampai 50 peratus, tanpa langkah jelas untuk rakyat.

"Pidato Presiden malah kami lihat sebagai bentuk stigmatisasi terhadap gerakan rakyat."

Rivaldi Haryo Seno


Presiden menyebut aksi ini sebagai makar atau bahkan keganasan. Bagaimana pandangan anda?


Bivitri Susanti, Ahli Hukum Tata Negara:

“Saya menilai kenyataan itu keliru. Apa yang berlaku adalah peristiwa konstitusional – rakyat mempertanyakan kontrak sosial yang tidak dijalankan pemerintah.

"Ketika aspirasi disuarakan, mereka malah dihentam dengan water cannon, gas air mata dan dilabel pengganas, sedangkan, ini sebahagian daripada hak konstitusional warga negara.

"Sayangnya, akar masalah tidak disentuh – yang ada hanya stigmatisasi.”

Bivitri Susanti



Apakah demonstrasi ini masih murni suara rakyat?

Ichal Supriadi, Setiausaha Agung Asia Democracy Network Secretariat:

“Protes rakyat adalah hal biasa dalam demokrasi Indonesia. Tetapi kali ini ada perbezaan.

"Pada awalnya, memang murni – ditujukan kepada pegawai kerajaan yang mengambil rasuah.

"Saya melihat ada pihak yang menunggangi gerakan ini. Dari laporan media, jelas terlihat agenda politik tertentu. Jadi, ekspresi rakyat sudah dipintal oleh kelompok yang mahu mengambil kesempatan.”

Ichal Supriadi



Apakah kemarahan rakyat mulai reda selepas langkah Presiden?

Rivaldi Haryo Seno:

“Belum. Respon Presiden hanya menyentuh soal kerosakan, sedangkan itu ekspresi rakyat miskin yang tertekan bertahun-tahun.

"Masalah utamanya bukan sekadar tunjangan Rupiah 50 juta, tetapi keseluruhan pendapatan pejabat publik. Kami tuntut agar dipotong 50 peratus dan dialihkan ke pendidikan serta kesihatan percuma.”

Bivitri Susanti:

“Respon pemerintah hanya menyasar gejala, bukan akar. Memecat individu atau melabel rakyat sebagai makar tidak menjawab sistem kepartaian, sistem pemilu, atau kinerja pejabat. Solusi harus menyentuh akar persoalan, bukan sekadar kosmetik.”

Ichal Supriadi:

“Memang kemunculan Presiden memberi sedikit kelegaan, tetapi banyak tuntutan belum dijawab. Rakyat kini menjaga keamanan lingkungan mereka sendiri kerana ada kelompok tak dikenal menimbulkan kekacauan.

Pemerintah perlu tindakan konkrit – bukan sekadar retorik – untuk menjaga keamanan publik, mengelakkan pelanggaran hak asasi, dan serius menjawab tuntutan rakyat.”

Kesimpulan

Demonstrasi besar-besaran di Indonesia berpunca daripada isu elaun anggota DPR, perilaku elit politik yang dianggap angkuh, serta tuntutan reformasi struktur yang lebih menyeluruh.

Namun, sama ada langkah awal Presiden Prabowo mampu meredakan ketegangan atau menambah keraguan rakyat – itu masih menjadi tanda tanya.








#rusuhan Indonesia #kemarahan rakyat Indonesia #Prabowo Subianto